Jumat, 20 Maret 2009

PROBLEMATIKA MORFOLOGI DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi terjadi dari dua unsur yakni unsur isi dan unsur bentuk. Isi bahasa adalah perasaan dan/atau pikiran yang dikemukakan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya. Sedangkan bentuk bahasa adalah bunyi suara atau tanda atau lambang yang dipakai manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada orang lain. 
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan bangsa dan negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungasi sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan dan bahasa resmi dalam pengetahuan dan teknologi modern. Kemudian dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat menjalankan administrasi negara, alat pemersatu berbagai suku bangsa di Indonesia, dan alat Pembina kebudayaan nasional.
Karena bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang penting dalam pemakaiannya bagi bangsa Indonesia, maka pemerintah Indonesia sering mengadakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang bertujuan agar penutur bahasa memiliki ketrampilan berbahasa Indonesia, pengetahuan yang baik mengenai bahasa Indonesia, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara, yakni melalui pendidikan formal yang dilakukan melalui pengajaranbahasa Indonesia di sekolah sejak taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, dan pendidikan non formal yang dilakukan melalui surat kabar, radio, TV, atau yang lainnya. 
Salah satu kajian kebahasaan yang diajarkan di sekolah mencakup aspek morfologis. Akan tetapi materi yang diajarkan di sekolah dirasa kurang cukup untuk benar-benar memahami aspek morfologis bahasa karena keterbatasan jam pelajaran, banyaknya materi-materi lain yang harus dikejar untuk diselesaikan, dan kurangnya studi praktikum bahasa Indonesia yang diadakan oleh sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka makalah ini disusun untuk menambah wawasan pembaca mengenai segala sesuatu mengenai aspek morfologi dalam bahasa Indonesia. Mulai dari pengertian, macam-macam, proses morfologi, hingga fungsi dan makna dalam proses morfologi bahasa Indonesia.  
1.2 RUMUSAN MASALAH
Karya tulis ini disusun dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah morfologi bahasa Indonesia itu?
2. Bagaimanakah proses morfologi dalam bahasa Indonesia?  
3. Apa saja fungsi proses morfologi bahasa Indonesia?
1.3 TUJUAN MASALAH
karya tulis ini disusun dengan tujuan untuk:
1. Mengenal dan memahami aspek morfologi dalam bahasa Indonesia.
2. Mengetahui proses morfologi dalam bahasa Indonesia.
3. Memahami fungsi proses morfologi bahasa Indonesia.
1.4 HIPOTESIS
1. Aspek morfologi dalam bahasa Indonesia adalah aspek atau bagian dari bahasa Indonesia yang menyelidiki atau mempelajari bentuk kata.
2. Proses morfologi atau proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia ada tiga macam yaitu pembubuhan afiks, pengulangan bentuk, dan penggabungan kata.
3. Proses morfologi itu mempunyai dua fungsi yaitu fungsi gramatik dan fungsi semantik.


BAB II
PEMBAHASAN

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang penting dalam pemakaiannya bagi bangsa Indonesia, karena bahasa Indonesia merupakan bahasa negara dan bahasa nasional. Oleh karena itu sebagai generasi muda sudah sepatutnya kita mencintai dan melestarikan serta memahami bahasa Indonesia. 
2.1 Mengenal morfologi bahasa Indonesia
Salah satu kajian kebahasaan dalam bahasa Indonesia adalah aspek morfologi, untuk itu agar kita mencitai hendaknya kita mengenal dan memahami terlebih dahulu tentang aspek morfologi dalam bahasa Indonesia. 
2.1.1 Pengertian morfologi
Kata morfologi berasal dari kata morfem dan logos. Kata morfem diturunkan dari kata morphe = bentuk; dan akhiran –ema = yang mengandung arti, sedangkan logos = ilmu. 
Jadi dapat dikatakan bahwa morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun semantik.
2.1.2 Macam-macam morfem
Morfem adalah kesatuan terkecil yang mempunyai arti atau ikut mendukung arti, menurut Gorys Keraf morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya. 
Mereka mencari pekerjaan.
Kalimat di atas terdiri dari bagian-bagian mereka, mencari, dan pekerjaan. Unsur mereka tidak dapat dipecah lagi menjadi bagian-bagian yang mengandung arti, sedangkan unsur mencari dan pekerjaan masih dapat dipecah lagi atas segmen-segmen atau bagian-bagian me- dan cari serta kerja dan pe-an. Unsur-unsur cari dan kerja dapat dengan langsung dipakai untuk membentuk kalimat, misalnya:
Apa yang kau cari?
Kerja seperti itu saja sudah mengeluh.
Sebaliknya, unsur me- dan pe-an tidak dapat berdiri sendiri atau tidak dapat secara langsung membina sebuah kalimat, tetapi selalu harus diikat pada unsur lain seperti cari dan kerja.
Kedua macam unsur itu, baik cari dan kerja, maupun me- dan pe-an mempunyai suatu fungsi yang sama yaitu membentuk kata. Unsur-unsur itu disebut morfem. 
Ada beberapa macam morfem, yaitu:
1. Morfem bebas
 Morfem bebas atau juga disebut morfem dasar adalah morfem yang berdiri sendiri dan dapat diucapkan tersendiri meskipun tidak diletakkan dalam hubungan kalimat. Morfem bebas itu harus berupa bentuk paling kecil, mempunyai makna, dan tidak mengandung bentuk lain. Morfem bebas ini berdasarkan suku katanya ada bermacam-macam, misalnya:
a. Satu suku kata : mas, gong, jam
b. Dua suku kata : kursi, perut, rumah
c. Tiga suku kata : cahaya, jendela, kepala
d. Empat suku kata : kalajengking, kelelawar, kendaraan
e. Lima suku kata : imajinasi, partisipasi, konsolidasi
f. Enam suku kata : rekapitulasi, personifikasi
g. Tujuh suku kata : komersialisasi, nasionalisasi
2. Morfem terikat 
 Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan baru mengandung makna setelah morfem tersebut bergabung(terikat) pada bentuk/morfem yang lain, atau baru mengandung arti setelah morfem tersebut diletakkan dalam hubungan kalimat.
a. Morfem terikat secara morfologis
 Morfem yang terikat dalam rangka pembentukan kata.
1) Afiks (imbuhan)
• Prefiks : ber-, me-, di-, ter-, pe-, dsb.
• Infiks : -el-, -er-, -em-
• Sufiks : -kan, -i, -an.
• Konfiks : pe-an, ke-an, peN-an, se-nya.
2) Morfem Cranberry
• Disebut juga morfem unik, yang hanya bisa bergabung dengan satu bentuk tertentu. Misalnya sawit yang hanya bisa bergabung dengan kelapa, begitu pula dengan tua renta, basah kuyup, dsb 
3) Morfem Dasar Terikat secara Morfologis (pokok kata)
• Morfem yang tidak dapat berdiri sendiri jika tidak berada dalam bentuk kompleks. Misalnya morfem dasar cetus dan baur pada bentuk kompleks tercetus dan berbaur.
b. Morfem terikat secara sintaksis
 Adalah morfem yang selalu terikat dalam pembentukan kalimat atau morfem yang tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diletakkan dalam hubungan kalimat atau frase.
1) Kata tugas
Misalnya dan, di, silih, untuk, dsb,
- Tua dan muda
- Duduk di kursi
- Kami berjuang untuk nusa bangsa
2) Bentuk klitik 
Misalnya
- Proklitik : kubawa, kauambil
- Enklitik : bukuku, bukumu, bukunya.

2.1.3 Perbandingan morfem, morf, alomorf, dan kata
Satuan- satuan rumah, sepeda, jalan, ber-, meN-, di-, maha-, juang, lah dan sebagainya masing-masing merupakan satu morfem. Satuan bersepeda, terdiri dari dua morfem, ialah morfem ber- dan morfem sepeda. Satuan bersepeda ke luar kota terdiri dari lima morfem, ialah morfem ber-, sepeda, ke, luar, dan kota. Jadi yang dimaksud morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil, satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya.
Banyak morfem yang hanya mempunyai satu struktur fonologik, misalnya morfem baca yang banyaknya fonem dan urutannya selalu demikian yang terdiri dari empat fonem, ialah /b, a, c, dan a/. Tetapi ada pula morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik. misalnya morfem meN- yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-. Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- itu masing-masing disebut dengan morf, yang semuanya merupakan alomorf dari dari morfem meN-. Contoh lain misalnya alomorf dari morfem ber-, yang mempunyai morf ber-, morf be-, dan morf bel-. 
Menurut Gorys Keraf kata adalah kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya, dan yang mengandung suatu ide. Setiap morfem bebas sudah merupakan kata. Sedangkan konsep mengenai kata tidak saja meliputi morfem bebas, tetapi juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem bebas dengan morfem terikat, atau morfem bebas dengan morfem bebas.
2.2 Proses Morfologi
Proses morfologi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Sebelum membicarakan proses morfologi, kita harus dapat membedakan antara kata ASAL dengan kata DASAR.
Kata asal adalah bentuk kata yang paling kecil, yang menjadi asal dari kata jadian. Misalnya kata beralasan, terbentuk dari kata asal alas dan mendapat akhiran –an menjadi alasan; kemudian mendapat awalan ber- menjadi beralasan. Jadi melalui dua tahap pembentukan.
Kata dasar adalah bentuk kata baik kata asal maupun kata jadian,yang menjadi dasar pembentukan bagi suatu bentuk kata jadian yang baru. Kata beralasan terbentuk dari kata dasar alasan dengan awalan ber-. Sedangkan kata alasan terbentuk dari kata dasar alas dengan akhiran –an. 
Dalam bahasa Indonesia ada 3 macam proses pembentukan kata atau proses morfologi, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.  
2.2.1 Afiksasi
Afiksasi adalah pembubuhan afiks pada sesuatu bentuk, dapat terjadi pada bentuk asal maupun bentuk turunan untuk membentuk kata baru. Afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.
 Prefiks : meN-, ber-, di-, ter-, peN-, se-, per-, pra-, ke-, a-, maha-, para-, dsb.
 Infiks : -el-, -er-, -em-, dsb.
 Sufiks : -kan, -an, -i, -wan, -nya, -wati, -is, -man, -da, -wi, dsb.
 Simulfiks : ke-an, peN-an, per-an, ber-an, se-nya, dsb.
2.2.2 Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangannya disebut dengan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang disebut dengan bentuk dasar.
Ad beberapa macam kata ulang, yaitu:
1) perulangan seluruh
 perulangan seluruh bentuk dasar, tanpa variasi fonem dan tidak berkombinasi dengan proses afiksasi.
 Sepeda menjadi sepeda-sepeda
Buku menjadi buku-buku
Jelek menjadi jelek-jelek, dsb.
2) perulangan sebagian
 perulangan sebagian dari bentuk dasar
 lelaki dari bentuk dasar laki
tetamu dari bentuk dasar tamu
mengambil-ambil dari bentuk dasar mengambil
melambai-lambaikan dari bentuk dasar melambaikan
ditarik-tarik dari bentuk dasar ditarik
bermain-main dari bentuk dasar bermain
tersenyum-senyum dari bentuk dasar tersenyum, dsb.
3) perulangan dengan kombinasi afiks
 Perulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses afiksasi dan bersama pula mendukung satu fungsi
 Kereta menjadi kereta-keretaan
Anak menjadi anak-anakan
 Hitam menjadi kehitam-hitaman
Jelek menjadi sejelek-jeleknya, dsb.
4) perulangan dengan variasi fonem
 perulangan atas seluruh bentuk dasar disertai perubahan suara suatu fonem atau lebih
(a) yang berubah vokalnya: gerak-gerik, mondar-mandir
(b) yang berubah konsonannya: sayur-mayur, lauk-pauk
(c) yang berubah seluruh kosa katanya: sorak-sorai, tunggang-langgang.
2.2.3 Komposisi
Disebut juga kata majemuk adalah kata yang dibentuk dari dua bentuk bebas atau lebih, yang membentuk satu pengertian baru. Berdasarkan pertalian antara bagian- bagian, kata majemuk dapat dibagi sebagai berikut:
1. kata majemuk setara (bersifat eksosentris)
2. kata majemuk tak setara (besifat endosentris)
3. kata majemuk berasal dari bahasa asing 
a) dwandwa (kompositum kompulatif atau gabung)
 bagian-bagiannya sederajat
 misalnya: siang-malam, tikar-bantal, rusak-binasa.
b) tatpurusya (kompositum determinatif atau yang menentukan)
 kata bagian kedua menerangkan kata bagian pertama 
 sapu tangan, rumah sakit, kamar tidur. 
c) kamadharaya
 bagian yang kedua menerangkan bagian yang pertama, tapi bagian yang kedua terdiri dari kata sifat. 
 orang tua, hari besar, pegawai tinggi.
d) bahuwhiri (kompositum posesif atau yang memiliki)
 mengandung arti kias yang memiliki sifat 
 si kepala botak = yang memiliki sifat pandai
panjang tangan = suka mencuri
tinggi hati = sombong
2.3 Fungsi proses morfologi
Dalam proses morfologi terdapat dua fungsi, yaitu fungsi gramatik dan fungsi semantik. Fungsi gramatik adalah fungsi yang berkaitan dengan ketatabahasaan yang selanjutnya di sini disebut dengan istilah fungsi. Fungsi semantik adalah fungsi yang berkaitan dengan makna kata yang selanjutnya di sini disebut dengan istilah makna.
Misalnya, yang berkaitan dengan fungsi yaitu kata cangkul termasuk golongan kata nominal, setelah mendapat afiks meN- menjadi mencangkul yang termasuk golongan kata verbal. Maka dapat dikatakan bahwa afiks meN- di sini mempunyai fungsi garamatik sebagai pembentuk kata verbal.
Contoh lain misalnya yang berkaitan dengan makna yaitu kata bukit yang mempunyai arti dalam kamus adalah tumpukan tanah yang lebih tinggi daripada tempat sekelilingnya, lebih rendah daripada gunung. Akibat melekatnya afiks meN- menjadi membukit, yang bermakna “menjadi seperti bukit atau seperti bukit”. Maka dapat dikatakan bahwa afiks meN- di sini mempunyai fungsi semantik menyatakan makna “ menjadi seperti atau seperti”
2.3.1 Fungsi dan makna dalam afiksasi
1. fungsi afiksasi
a) membentuk kata benda
 yakni peN-, pe-, per-, ke-, -isme, -wan, -isasi, -tas, peN-an, pe-an, per-an, dan ke-an.
 contoh: penyapu, pelaut, pertapa, ketua, nasionalisme, wartawan, komunisme, kualitas, pelajaran, perairan, lautan, dan kelautan.. 
b) membentuk kata kerja
 yakni me-, ber-, per-, ter-, di-, -kan, -i, me-kan, ber-an, ter-kan, di-kan, di-i.
 contoh: melaut, berlayar, perbudak, terlihat, diminum, bawakan, lempari, mengeringkan, menaiki, bertebaran, termanfaatkan, dan dilayari.  
c) membentuk kata sifat
 yakni –i, -wi, -iah, dan –is.
 contoh: manusiawi, duniawi, ilmiah, agamis.
d) membentuk kata keterangan
 yakni –nya, -an, dan se-nya
 contoh: agaknya, habis-habisan, dan seindah-indahnya. 
e) membentuk kata bilangan
 yakni se- dan ke-.
 contoh: sepuluh, kedua. 
2. makna afiksasi
a) afiks peN-
 Bermakna yang melakukan perbuatan. Contoh: penulis, pembaca
 Menyatakan perbuatan. Contoh: pedagang, pengusaha.
 Menyatakan alat. Contoh: penggaris.
 Menyatakan memiliki sifat. Contoh: penggembira.
 Menyatakan penyebab. Contoh: pemanis, pemutih
b) afiks ber-
 Bermakna mempunyai. Contoh: beratap, beranak
 Bermakna menggunakan. Contoh: bersepeda, bersepatu.
 Bermakna mengeluarkan. Contoh: bertelur, berbau
 Menyatakan sikap mental. Contoh: berbahagia, barhati-hati.
 Bermakna dalam jumlah. Contoh: berdua, bertiga 
c) afiks meN-
 Melakukan perbuatan, tindakan. Contoh: mengambil, menjual.
 Melakukan perbuatan dengan alat. Contoh: menyabit, menyapu.
 Menjadi atau dalam keadaan. Contoh: menurun, meluap.
 Membuat kesan. Contoh: mengalah, membisu.
 Menuju ke. Contoh: mendarat, menepi.
 Mencari. Contoh: mendamar, merumput.
d) afiks di-
 Prefiks di- bermakna suatu perbuatan pasif, sebagai kebalikan dari prefiks meN- yang bermakna aktif. Contoh: di+baca dibaca
  di+ambil diambil
e) afiks ter-
 Sudah di- atau dapat di-. Contoh: tertutup, terbuka.
 Ketidaksengajaan. Contoh: terbawa, terambil.
 Tiba-tiba. Contoh: teringat, terjatuh.
 Dapat/kemungkinan. Contoh: ternilai.
 Paling/superlatif. Contoh: terindah, terbagus. 
f) afiks se-
 Satu. Contoh: seekor, sebutir.
 Seluruh, seisi. Contoh: serumah, sekampung.
 Sama-sama. Contoh: sepermainan, seperjuangan.
 Sama dengan. Contoh: setinggi, selebar.
 Menyatakan waktu. Contoh: sesudah, selagi. 
g) afiks –an
 Menyatakan tempat. Contoh: pangkalan, kubangan.
 Menyatakan alat. Contoh: timbangan 
 Manyatakan hal atau cara. Contoh: didikan, pimpinan.
 Menyatakan akibat. Contoh: balasan, hukuman.
 Menyatakan sesuatu yang di-. Contoh: catatan, suruhan.
 Menyatakan seluruh, kumpulan Contoh: lautan, sayuran.
 Menyatakan menyerupai. Contoh: anak-anakan.
 Menyatakan tiap-tiap. Contoh: mingguan, bulanan.
 Menyatakan mempunyai sifat. Contoh: asinan, kuningan. 
h) afiks ke-an
 Menyatakan keadaan. Contoh: kedinginan, kesakitan.
 Menyatakan intensitas (terlalu, terlampau). Contoh: kebesaran, kemahalan.
 Menyatakan agak, menyerupai. Contoh: kehijau-hijauan, kebarat-baratan.
i) afiks peN-an
 Menyatakan hal yang berhubungan dengan kata dasar. Contoh: penanaman, pendidikan.
 Menyatakan proses/perbuatan. Contoh: pemberontakan, pendaftaran.
 Menyatakan hasil. Contoh: penyamaran, pengakuan.
 Menyatakan alat. Contoh: penampungan, pemandian. 
j) afiks per-an
 Menyatakan tempat. Contoh: perhentian, percetakan.
 Menyatakan daerah. Contoh: perkotaan.
 Menyatakan hasil perbuatan. Contoh: pertahanan, pernyataan.
 Menyatakan perihal. Contoh: peristilahan
 Menyatakan banyak, bermacam-macam. Contoh: peralatan, persyaratan
k) afiks se-nya
 menyatakan superlatif atau tingkat paling tinggi yang dapat dicapai. 
Contoh: seputih-putihnya seputih mungkin
2.3.2 Fungsi dan makna dalam proses pengulangan
Kata ulang memiliki makna-makna sebagai berikut: 
a. Banyak tak tentu. Contoh: anak-anak, rumah-rumah.
b. Banyak dan bermacam-macam. Contoh: buah-buahan, sayur-sayuran.
c. Menyerupai atau tiruan dari sesuatu. Contoh: kuda-kudaan, mobil-mobilan.
d. Agak atau melemahkan sesuatu yang disebut pada kata dasar . contoh: kekanak-kanakan, pening-pening.
e. Intensitas kualitatif atau frekuentatif. Contoh: sedalam-dalamnya, secepat-cepatnya.
f. Saling berbalasan (resiprokal). Contoh: tolong-menolong, bersalam-salaman.
g. Kolektif. Contoh: empat-empat, kedua-duanya. 


BAB III
PENUTUP

Sebagai hasil akhir dari uraian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka pada bagian penutup ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan berbagai pembahasan yang dikemukakan terhadap aspek morfologi dalam bahasa Indonesia, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun semantik.
2. Proses morfologi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia ada 3 macam proses pembentukan kata atau proses morfologi, yaitu:
a) Afiksasi adalah pembubuhan afiks pada sesuatu bentuk, dapat terjadi pada bentuk asal maupun bentuk turunan untuk membentuk kata baru.
b) Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
c) Komposisi adalah kata yang dibentuk dari dua bentuk bebas atau lebih, yang membentuk satu pengertian baru.
3. Dalam proses morfologi terdapat dua fungsi, yaitu fungsi gramatik dan fungsi semantik. Fungsi gramatik adalah fungsi yang berkaitan dengan ketatabahasaan, sedangkan fungsi semantik adalah fungsi yang berkaitan dengan makna kata.
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca adalah:
1. Lestarikan bahasa Indonesia kita dengan mempelajari lebih mendalam tentang materi-materi yang ada di dalamnya, salah satunya adalah aspek morfologi bahasa Indonesia.
2. Cintailah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita, dengan tidak hanya mempelajarinya saja di sekolah tetapi juga mempraktekkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dengan mempelajari, memahami, dan mempraktekkan secara langsung bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, berarti kita telah menepati janji kita sebagai pemuda, sebagaimana telah diucapkan oleh pendahulu kita dalam Sumpah Pemuda bahwa kita akan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2004. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Masinam, E.K.M. 1980. Kata Majemuk. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.
Surana, F.X. 1985. Materi Tata Bahasa. Solo: Tiga Serangkai.
Tirtawijaya, Totong. 1083. Morfologi Bahasa Indonesia. Surabaya: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan & Seni IKIP Surabaya.
Verhaar, J.W.M. 1978. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kritik dan saran anda akan sangat bermanfaat, terima kasih